![]() |
Pengrajin Desa Kebasen Kec. Talang sedang membuat salah satu komponen kapal Laut. |
SLAWI (Media Rakyat), Kabupaten Tegal sejak dulu terkenal dengan jepangnya Indonesia karena banyaknya pengrajin logam. terutama di wilayah Desa Kebasen, Kecamatan Talang. Bahkan, ketika tahun 1982, industri logam di desa tersebut, pernah dilirik oleh lembaga dunia Asian Development Bank (ADB).
Namun, keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama ketika mereka kesulitan mencari pangsa pasar setelah banyak pelaku usaha daerah mampu menciptakan hasil olahannya dengan harga lebih murah, hingga para pengrajin logam di Kab. Tegal banyak yang gulung tikar dan beralih usaha lain.
Salah satu pengrajin masih tetap berupaya membangkitkan industri logamnya adalah Imron Rosadi dengan memproduksi komponen kapal, menurutnya usaha yang digelutinya tersebut merupakan perusahaan pribadi milik almarhum ayahnya, H Abdul Choliq yang berjalan sejak 1970. dengan usaha industri bengkel bubut dan pengecoran logam spesialis perlengkapan kapal laut (Marine Equipment).
“Sekarang ini, kami sedang mengerjakan perlengkapan untuk kapal tangker 1500 DWT,” kata Imron,
Selain memasarkan di Indonesia, juga diminati untuk pembuatan kapal di luar negeri. Dengan tenaga kerja 15 orang, usaha milik Imron mampu meraup keuntungan sekitar Rp 80 juta per tahun. "Kami juga butuh dukungan dari pemerintah supaya usaha kami bisa berkembang lagi," pintanya.
Memasuki era pemerintahan Enthus Susmono, Jepangnya Indonesia akan mulai kembali dihidupkan setelah sempat mati suri. Beberapa program percepatan pembangunan berbasis ekonomi mulai dirancang dan diterapkan. Dalam upaya memberi roh Jepangnya Indonesia,
Pemerintah Kabupaten Tegal melalui Kantor Penanaman Modal memberi kesempatan kepada pelaku usaha untuk bisa melakukan investasi atau penanaman modal.
Kepala Kantor Penanaman Modal, Drs Bambang Setiono saat acara Media Gathering yang digelar belum lama ini menyebutkan, Pemkab Tegal menyadari betul arti pentingnya investasi bagi pertumbuhan ekonomi menuju kemakmuran daerah.
Guna memudahkan masuknya investor,
Bambang mengaku sudah menyusun sebuah buku yang berisi informasi potensi dan peluang investasi di Kabupaten Tegal. Dengan tujuan, buku tersebut menjadi deskripsi yang menyeluruh sekaligus mempromosikan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh investor.
“Melalui Media Gathering ini kami ingin menginformasikan kepada masyarakat luas, bahwa kami membuka pintu lebar-lebar untuk pelaku usaha yang akan menanamkan modal,” kata Bambang.
Selain menggandeng media, upaya lain yang dilakukan untuk menarik investor yakni mempermudah pengurusan segala perizinan dan proses kerjasama yang saling menguntungkan. Tak terkecuali, pihaknya juga membentuk Pusat Pelayanan dan Inovasi Teknologi (PPIT). Dimana PPIT merupakan sarana usaha dan pembinaan terpadu untuk meningkatkan kompetensi daya saing industri di Kabupaten Tegal.
Kompetensi PPIT dioptimalisasi melalui sarana dan utilitas yang tersedia, seperti kajian dan rancang bangunan produk, alat bantu laboratorium, proses produksi, pelatihan, promosi dan kerjasama pembinaan.
“PPIT ini kami wujudkan melalui Lingkungan Industri Kecil Talang Cempaka Baru (LIK TAKARU). Dimana kami menyediakan lahan seluas 90.600 meter persegi yang bisa digunakan para investor untuk membangun perusahaan,” bebernya.
Ihwal pembangunan, para investor hanya mengeluarkan biaya sewa Rp 1.000 per meter persegi. Biaya tersebut berlaku untuk waktu satu tahun. Pembangunan usaha dipusatkan di LIK TAKARU lantaran sudah sesuai dengan lokasi industri yang dilengkapi dengan berbagai persyaratan dan AMDAL. (Tim MR)