TEGAL- (Media Rakyat) 18/12/2016 Belum lepas kesedihan yang di alami Warningsih kini di ta,bah lagi dengan ulah mantan suaminya yang
seyogyanya mendapatkan hak hak dari massa perkawinanya dengan andi
ternyata malah banyak mengalami kepahitan yang di deritanya pasalnya
semenjak mereka berumah tangga pada tahun 2000 sampai dengan 2014
warningsih tidak pernah di berkan nafkah,untuk membiayai selama hidup
dengan suaminya, dan pada suatu ketika pihak dari suami meminta
perceraian maka warningsih pun menurut saja, karena dalam berumah tangga
selama itu si suami bekerja di luar negri tetapi selama itu tidak
pernah memberi hasil kerjanya padahal warningsih sendiri harus membiayai
hidup bersama dua anaknya. Dan suatu ketika menyanyakan langsung kepada
suaminya soal uang hasil kerjanya si suami menjawabnya uang yang
dihasilkan nanti untuk membeli rumah supaya anak kita kelak bisa ber
teduh di situ dan warningsih pun percaya dengan ucapanya, bahkan dia
rela bekerja di pabrik obat nyamuk dengan gajih yang sangat minim namun
kenyataan yang di deritanya sangatlah pahit dan harus menelan kegetiran
setelah bisa membeli rumah ternyata malah di cerai dengan sangat
menyedihkan
Pasalnya si pihak suami tidak mengurus sendiri namun menyuruh orang
lain dan suruhan pihak suami mmengaku sebagai pengacara di pengadilan
agama sebut saja Miftah, bersama palebe topik. Mendatangi rumah
kediamanya yang berada di desa mejasem timur kecamatan kramat mereka
mengaku di suruh topik untuk menceraikan warningsih, pada saat itu pula Warningsih pun kaget hingga tak terkira apa salah saya dan dosa saya
namun saya pun tak bsa berbuat apa apa dan saya mengikutinya,namun
anehnya setelah sampai di pengadilan agama saya tidak boleh masuk dengan
alasan supaya prosesnya cepat selesai kami pun menurut saja tetapi di
akhir perjalanan saya terkejut disitu tertuang dalam masa perceraian
malah saya sebagai pihak pemohon padahal kami tidak pernah mengatakan
apapun di pengadilan agama dan anehnya lagi padahal yang meminta cerai
kan suami saya,
Akhirnya dari pihak keluarga saya pun mulai mendengar tentang
perceraian saya dan mereka tidak terima, dan langsung mendatangi
keluarga suami saya yang berdomisili di desa bojong sana kecamatan Suradadi, dan menanyakan perihal kejanggalan tersebut.dan hasilnya pun
sangat mengejutkan karena tidak seimbang apa yang di alami keluarga kami
bahkan rumah yang di huni pun di jual tanpa sepengetahuan saya dan anak
saya,dan kami di usir dari rumah tersebut, bahkan sampai sekarang pun
tidak ada nafkah secuilpun untuk kedua anaknya dan pekarangan yang kami
dapatkan dari jerih payah berdua pun kini mau di jual lagi bagai mana
nanti nasib anak saya.karena itu adalah satu satunya harta untuk
kemudian hari ujarnya ( Daryani MR/99 )