Saturday, 8 June 2013

Cikendung Rintisan Desa Pariwisata di Pemalang Selatan

Situs purbakala Batu Lingga Cikedung
Pemalang (Media Rakyat), Cikendung merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, yang berudara sejuk di tengah hamparan kebun teh di lereng utara Gunung Slamet. Desa berpenduduk ramah yang berada pada ketinggian antara 700 hingga 800 meter diatas permukaan laut tersebut memiliki sederet potensi dan saat ini telah dicanangkan menjadi desa pariwisata. 
       Dengan luas mencapai 700 hektar, Cikendung terdiri dari 3 dusun dengan jumlah penduduk 5.554 jiwa yang tinggal di 1.494 somah (rumah). Sebagian besar warganya hidup sebagai petani yang membudidayakan tanaman pangan seperti sayur mayur dan palawija. Selebihnya adalah buruh yang bekerja di areal kebun teh milik PT Perkebunan Nusantara IX. Selain bercocok tanam sebagian warga juga memelihara ternak seperti kambing maupun sapi. Keberhasilan berternak sapi warga desa ini sejak tahun 2008 lalu mengawali sebuah terobosan teknologi tepat guna dengan pemenfaatan limbah atau kotoran sapi menjadi sumber energi rumah tangga, bio gas.
Kades Cikedung Slamet HS
     Seperti disampaikkan Kepala Desa Cikendung, Slamet (51), bio gas dari kotoran ternak sapi hingga saat ini digunakan di 70 rumah warga. “Selain untuk memasak juga digunakan untuk lampu di rumah,” jelas Slamet yang terpilih kembali menjadi kepala desa baru-baru ini. Menurut dia, potensi yang dimiliki desanya menjadi faktor pendukung disamping warganya memang ingin desanya lepas dari ketertinggalan. “Dulunya disini desa tertinggal, kalau dibiarkan ya selamanya akan tertinggal, nah kalau ingin maju ya jadi desa wisata,” terang dia seraya menambahkan bahwa warganya memiliki semangat yang kuat untuk lepas dari ketertinggalan.
Potensi Pendukung 
       Selain panorama alam yang terdukung faktor geografis, Cikendung memiliki potensi masyarakat yang telah berkembang. Yakni kegiatan bertani warga yang memiliki nilai wisata agro. Kerajinan tangan seperti anyaman bambu, bubut kayu, daur ulang limbah plastik dan kerajinan sangkar burung. Potensi lain yang pantas ditampilkan adalah produksi makanan kecil yang dikelola warga dan telah dipasarkan hingga desa-desa sekitar berupa keripik jagung, reginang singkong dan reginang ketan dan makanan kecil lainnya. Yang tak kalah penting di desa ini adalah keberadaan potensi seni budaya yang tetap terpelihara di tengah masyarakatnya. Antara lain seni pedalangan wayang kulit dan seni Silakupang atau kesenian Sintren, Lais dan Kuda Kepang. Ketiga kesenian tradisional ini pernah membawa nama Cikendung ke tingkat nasional ketika dipentaskan di TMII Jakarta dan di Legian Bali. 
      Keberadaan potensi pendukung inilah yang mendorong dibentuknya klaster. Sebagaimana disampaikan seorang perangkat desa, Wahyu (43). Dalam rangka menunjang desa wisata yang dicanangkan telah dibentuk klaster makanan khas, klaster kerajinan dan klaster seni budaya. Melalui klaster tersebut, menurut Wahyu yang menjabat sebagai Polisi Desa (Poldes) Cikendung itu, tamu yang berkunjung akan mendapatkan pelayanan sehingga menjadi betah. Wahyu menambahkan, di desanya juga terdapat potensi cagar budaya berupa candi (makam kuno) dan sebuah artefak berupa batu lingga. 
     Keberadaan keduanya tetap terawat baik. Situs Batulumpang yang berbentuk lingga dan Candi Cibengang yang berisi dua makam kuno berada di lingkungan dusun Kubang. Menurut dia, dua makam kuno di Candi Sibengang, adalah makam dua tokoh desa setempat yang berjuang melawan penjajah di abad 17-an. “Namanya Mbah Tuwuh dan Mbah Margalangu,” jelasnya. Desa Cikendung sendiri kemungkinan sudah ada sejak jaman Kerajaan Pajajaran dan Majapahit. Namun sangat disayangkan tidak ada data tertulis yang bisa dijadikan referensi sejarahnya. Betapa pun juga desa di lereng Gunung Slamet ini telah menggeliat bangkit mengejar ketertinggalan. Terbukti meski lokasinya terpencil lebih 60 kilometer jaraknya dari pusat pemerintahan Kabupaten Pemalang, Cikendung telah berulangkali meraih prestasi pembangunan. Tahun 2010 lalu Cikendung mendapat penghargaan dari Presiden dalam rangka puncak peringatan Hari Ibu ke 82. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Slamet selaku Kepala Desa Cikendung dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah acara di TMII Jakarta pada 22 Desember 2010 lalu. 
      Apabila canangan Cikendung sebagai desa wisata benar menjadi kenyataan, maka setidaknya apa yang diharapkan warganya akan mendapatkan percikan titik terang. Panorama sekitar yang indah alami, beragam potensi pendukung yang siap diberdayakan, akan menjadi nilai tambah yang tak ternilai jika dipadu dengan semangat warga yang ingin mengentas ketertinggalan. Keindahan alam desa Cikendung tak hanya dimiliki oleh warganya, tetapi juga siapa pun yang ingin datang bertandang.(Ruslan Nolowijoyo).

OL : 8 Juni 2013.

MARINES CYCLING COMMUNITY KAMPANYE BIKE TO WORK

Dispen Kormar (Jakarta) Sejumlah daerah di Indonesia dan dunia sudah masuk ke masa transisi menuju era new normal, atau disebut juga denga...

Popular posts