![]() |
Sambutan Plh Kepala BPSDM KP oleh Sekretaris BPSDM KP |
Sukabumi (Media Rkayat). Saat
ini dampak arus globalisasi dan pesatnya perkembangan dunia telah sampai di
depan mata. Bahkan Masyarakat Ekonomi ASEAN pun sudah sangat dekat. Globalisasi
membuat pertukaran pemikiran, ide, budaya bahkan produk barang dan jasa menjadi
sangat mudah sekali. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk lebih
berperan di dunia internasional. Demikian disampaikan Sekretaris Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan (BPSDMP KP), Kelautan dan Perikanan (KKP), Rina, pada penutupan International
Workshop on Community Based Freshwater Aquaculture for Pacific and African
Countries, Minggu (15/11), di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung, Jawa Barat.
Pelatihan
Internasional di Bidang Budidaya Perikanan Air Tawar bagi
Negara-Negara Pasifik dan Afrika hasil kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri
(Kemlu), 9-15 November 2015, ini diikuti oleh 33
peserta dari
Negara Afrika, Pasifik, dan Indonesia. peserta dari Afrika terdiri dari Angola 2 orang, Burundi 2 orang,
Ethiopia 2 orang, Kenya 3 orang, Madagascar 5 orang, Mozambique 2 orang,
Namibia 2 orang, Rwanda 2 orang, Sudan 3 orang, dan Tanzania 2 orang. Peserta dari Pasifik terdiri dari Fiji 2 orang dan Vanuatu 1 orang. Sisanya dari Indonesia sebanyak 5 orang.
Terdapat beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan. Pembukaan dilaksanakan pada
9 November di Kemlu; pelatihan (teori dan praktek) pada 10-13 November 2015 di
Balai Besar Air Tawar Sukabumi; field trip pada 14 November di pasar
ikan dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Dejefish
Sukabumi; serta penutupan pada 15 November di Museum KAA Bandung.
Rina mengatakan, pelatihan ini merupakan kegiatan fasilitasi penguatan South-South
Cooperation atau Kerja Sama Selatan-Selatan Triangular (KSST) dalam rangka
peningkatan komitmen Kementerian untuk turut membangun Sumber Daya Manusia
(SDM) kelautan dan perikanan di kawasan global internasional. Kegiatan ini
adalah tindak lanjut
Direktif Presiden, antara lain tentang dukungan Indonesia bagi negara-negara berkembang,
yang diterjemahkan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan potensi masing-masing
unit kerja, dalam hal ini dilakukan KKP melalui peningkatan kapasitas SDM, serta merupakan salah satu prioritas
Nawa Cita. Poin kelima
Nawacita menyebutkan: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia
Pintar".
Pelaksanaanya
dilatarbelakangi oleh semangat Indonesia terhadap KSST sebagai dasar sharing
experience dan transfer informasi dengan negara-negara berkembang
lainnya. Skema KSST ini dibentuk PBB tahun 1978 untuk mendorong pembangunan
negara berkembang.
Isu
global terkait ketahanan pangan dan sustainable consumption turut
melatarbelakangi kegiatan ini, di samping juga peran sektor kelautan dan
perikanan dalam peningkatan perekonomian daerah, sebagai contoh Kabupaten
Sukabumi, daerah pertama yang ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan.
Menurut
Rina, kegiatan ini bertujuan mempromosikan peran pelatihan sektor kelautan
dan perikanan;
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di sektor tersebut; serta mengembangkan jejaring kerja
sama antara komunitas budidaya perikanan Indonesia dengan peserta pelatihan
anggota negara kerjasama Selatan–Selatan.
Para peserta diberikan materi, terdiri dari Introduction on Freshwater
Fisheries Aquaculture Main Center (FFAMC ) Sukabumi ;Country Report/Report of ongoing
Aquaculture in participants countries; Visit FFAMC Facilities; Catfish/clarias Culture Technique; Introduction on Pangasius/patin
Culture Technique; Introduction on Tilapia Culture Technique; Fish Health Management; Water Quality Management; Fish Feed Management; Marketing live fish; diskusi; dan Fieldtrip.
Pelatihan internasional hasil kerja sama KKP dan Kemlu ini bukanlah hal
baru, tapi sudah dilakukan sejak 2006. Bulan lalu baru saja dilaksanakan Workshop on Community Based Capacity
Building on Freshwater Aquaculture for Member States-South South Cooperation (Pelatihan
Pengembangan Kapasitas Berbasis Komunitas/Masyarakat bagi Negara Anggota Kerja
Sama Selatan-Selatan), 10-18 Oktober 2015, di BBAT dan P2MKP Dejefish Sukabumi.
Menurut Direktur Kerja Sama Teknik, Kemlu, Siti Nugraha Mauludiah, para
peserta mengaku sangat antusias mengikuti pelatihan internasional yang
diselenggarakan KKP dan Kemlu. Mereka sangat tertarik untuk mengikuti pelatihan
lagi. “Dengan adanya pelatihan ini mengubah image Indonesia menjadi
lebih baik lagi. Misalnya mereka berpendapat Indonesia adalah negara maju bukan
negara berkembang setelah mereka datang ke sini. Mereka juga sangat takjub
dengan Kota Jakarta yang modern, masyarakatnya yang ramah, para pelatih yang
kompeten, dan sebagainya,” ujar Ning, panggilan akrab Siti.
![]() |
Wawancara Peserta Pelatihan dari Fiji |
Berdasarkan permintaan yang tinggi dari negara-negara peserta pelatihan,
Ning mengatakan, pihaknya menaikkan anggaran pelatihan ini di tahun depan. Ia
juga berencana menyelenggarakan pelatihan bagi satu negara, agar lebih fokus,
dikarenakan potensi sektor kelautan dan perikanan masing-masing negara
berbeda-beda. Dengan diselenggarakannya pelatihan ini, Rina berharap dapat memberi manfaat bagi pelaksana
kegiatan berupa peningkatan kapasitas kelembagaan Balai Diklat dan tenaga
pelatih di tingkat internasional. Sementara bagi peserta pelatihan diharapkan
dapat memberikan manfaat berupa praktek pengetahuan dan keterampilan yang
didapat dari workshop budidaya perikanan Indonesia di negaranya. Peserta
pelatihan juga diharapkan mampu menyampaikan kembali pengetahuan dan keterampilan
yang diperolehnya pada kelompok budidaya perikanan di negaranya serta dapat
menjalin kerjasama, sharing knowledge, dan jejaring bisnis.
“Pelatihan ini juga mendukung perwujudan Indonesia
sebagai poros maritim dunia, sektor
kelautan dan perikanan Indonesia lebih dikenal di luar negeri, ketertarikan minat dunia
terhadap peningkatan kapasitas SDM kelautan dan perikanan di Indonesia semakin tinggi, serta berdampak positif terhadap perekonomian dan berbagai sektor lainnya seperti sektor pariwisata,” ujar Rina. (tim/MR/99)