Drainase Alun-alun dibersihkan |
TEGAL - (Media Rakyat). Pemerintah Kota
Tegal terus berupaya menjaga kebersihan dan memperhatikan kebersihan Kawasan
Publik. Salah satunya Kawasan Alun-alun yang akhir-akhir ini dikeluhan oleh
masyarakat karena udara di kawasan tersebut berbau tidak sedap sehingga
mengganggu aktivitas mereka.
Seperti yang diungkapkan salah seorang warga Kota Tegal, Budi Pambudi, yang
mengeluhkan Alun-alun Kota Tegal berbau busuk. “Alun-alun Kota Tegal terutama
dekat masjid bau busuk, mohon sampah PKL dikelola,” ungkapnya melalui akun Twitternya
pada Sabtu (16/7).
Menanggapi hal tersebut, Pemkot Tegal bergerak cepat. Melalui Dinas
Permukiman dan Tata Ruang (Diskimtaru) Kota Tegal, drainase di Kawasan
Alun-alun Kota Tegal dibersihkan dengan melakukan penyemprotan menggunakan
mobil penyiram taman milik Diskimtaru. Petugas juga melakukan pembersihan
saluran air dari sisa-sisa makanan, sampah, lumpur dan air yang menggenang,
Rabu (20/7) di Kawasan Alun-alun Kota Tegal, utamanya di depan Masjid Agung.
Kabid Pertamanan dan Persampahan Dinas Pemukiman dan Tata Ruang
Pemerintah Kota Tegal, Budi Priyanto, SP mengatakan pihaknya sudah sering kali mengadakan sosialiasi tentang perlunya kebersihan dan
tidak membuang sampah serta sisa makanan sembarangan.”Ini tidak lain
karena kurang pemahaman dan kesadaran para pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal
dan menjajakan berbagai jenis makanan disekitar tempat ini,” sebut Budi.
Dalam kegiataan tersebut Diskimtaru melibatkan Satpol PP, Dinkop UMKM Perindag, Linmas dan Unsur
Kepolisian serta para pedagang kaki lima dari setiap sentra PKL yang ada di
Kota Tegal.
“Seharusnya sekitar Alun-alun Kota Tegal steril dari para PKL karena tempat tersebut
merupakan tempat terbuka hijau dan tempat publik yang berfungsi juga sebagai
paru-paru kota. Tetapi
sekarang malah terkepung oleh para PKL yang memanfaatkan ruang tersebut,” jelas
Budi.
Disebutkan Budi, untuk membersihkan kawasan Alun-alun Diskimtaru
menerjunkan petugas kebersihan yang setiap hari bertugas. “Jumlah sekitar 17 orang penyapu jalanan. Mereka dibagi dalam 2 shift yaitu
pagi hari dan sore hari. Sedangkan petugas khusus pembersih saluran air ada 2 orang dan mereka
bekerja pada pagi hari,” terang Budi.
Sementara itu, Budi menyayangkan kerusakan
taman akibat rusaknya tanaman oleh para PKL. “Kita sudah
mengeluarkan anggaran untuk revitalisasi Alun-alun dengan biaya yang tidak
sedikit . Tetapi pada
kenyataannya ruang terbuka hijau dan ruang publik banyak yang rusak, khusunya tanaman karena ulah PKL, Mereka menggelar meja atau tikar untuk melayani para konsumen,” tutur Budi.
Budi mengutarakan bahwa selama ada
PKL yang berdagang di Kawasan Alun-alun, maka berbagai permasalahan akan timbul utamanya dalam hal kebersihan. “Memang
dibutuhkan kesabaran, walupun PKL sudah disiplin tetapi sampah bisa ditimbulkan
dari pembeli yang membuang sisa makanan ditempat yang tidak semestinya,” ujar Budi.
Budi berharap bahwa kawasan Alun-alun bisa dikembalikan ke fungsi yang
semestinya. Yaitu sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau sehingga masyarakat bisa ikut
menikmati suasana nyaman. Warga pun dapat berolah raga tanpa harus takut dengan bau dan polusi. (Daryan/MR/99)